Jumat, 11 Juli 2008

ANALISA BANJIR

(Kasus Jakarta, Pati dan Semarang)

A.Fakta
Beberapa fakta musibah banjir yang terjadi di Indonesia, khususnya di awal tahun 2008, sebagaimana termuat dalam berita, antara lain :
· Kasus banjir di Rembang, (Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Kasus banjir di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Kasus banjir di Kec. Malaka Barat, Kab. Belu, NTT, (Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Kasus banjir di Jakarta, (Koran Tempo, Sabtu, 9 Pebruari 2008)
· Kasus banjir di Pati, Jawa Tengah, (Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).
· Kasus banjir di Semarang, (Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).
· Dan ditempat lain di seluruh Indonesia;

B.Akibat
Banjir yang terjadi mengakibatkan antara lain :
1.Memutus dan merusak jalur transportasi
· Banjir kiriman memutus arus lalulintas jalan alternatif Kudus-Pati-Purwodadi, terutama di jalur Cengkalsewu-Poncomulyo... (Kasus Banjir di Pati, Jawa Tengah, Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).
· Sungai Kemuning yang berada di sepanjang jalur pantura Rembang-Surabaya, tepatnya di Desa Ngemplak dan Sendangasri meluap dan menggenangi badan jalan setinggi sekitar 30-70 cm, hal ini membuat lalulintas padat merayap sepanjang lima kilometer (Kasus banjir di Rembang, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Ruas jalan yang tergenang di Kota Semarang, Jawa Tengah setinggi 50 cm adalah Jalan MT. Haryono, Ronggowarsito, Raden Patah, Pattimura, KH. Wakhid Hasyim, Kaligame dan kawasan ruko Babakan” (Kasus banjir di Rembang, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Di Semarang, banjir menyebabkan jalan berlubang-lubang dan aspal mengelupas. Jalan Hasanuddin dan jalan perkampungan di Tanah Mas hampir seluruhnya rusak parah...jalan yang juga terendam antara lain Jalan Letjend. MT. Haryono, dr. Cipto Mangunkusumo, Wodoharjo, Imam Bonjol, Kaligawe, Merak, Cendrawasih, Ronggowarsito dan Letjend. Suprapto. (Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).
· Beberapa jalan di Jakarta Utara juga tergenang kemaren, (dari pantauan Tempo), jalan Kramat Raya, depan Islamic Center, Koja, tergenang air setinggi 40 cm, akibatnya arus lalulintas di jalan itu tersendat (Koran Tempo, Sabtu, 9 Pebruari 2008)

2.Mengganggu aktivitas belajar mengajar
· Air sungai juga merendam ... dan sejumlah sekolah di Desa Ngemplak dan Sendangasri.(Kasus banjir di Rembang, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Di Desa Gadingrejo, Kec. Juwana, SDN Gading Rejo diliburkan hingga air surut (Kasus Banjir di Pati, Jawa Tengah, Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).
· Selain rumah hancur, beberapa sekolah di Cilincing dan Koja, Jakarta Utara terendam banjir sejak awal pekan lalu, SMK Nusantara di Kampung Beting tergenang air sekitar 20 cm, sekolah terpaksa diliburkan. (Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).
· Pada sabtu pekan lalu SMPN 108 Cengkareng Jakarta Barat ketinggian banjir mencapai 70 cm, meski kini mulai surut tapi akses jalan ke sekolah masih sulit...makanya diliburkan, SMPN 108 tidak sendiri, SMPN 249 dan 220 (rusak berat) juga masih terendam banjir, padahal akan mempersiapkan diri untuk mengikuti UAN (Koran Tempo, Sabtu, 9 Pebruari 2008)

3.Merusak fasilitas umum
· Banjir juga menggenangi ... jalan desa, ... puskemas di Desa Pamotan (Kasus banjir di Rembang, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Di pintu air Pasar Ikan, Penjaringan, kemaren pagi, ketinggian air mencapai 181 cm, normalnya 81 cm. kondisi serupa terjadi di Instalasi Pompa Air Utama Ancol, ketinggian air pada pukul 10.00 mencapai 87 cm melebihi batas normal 80 cm. (Koran Tempo, Sabtu, 9 Pebruari 2008)

4.Merusak fasilitas masyarakat
· Banjir juga merusak ... serta merendam 2.700 rumah penduduk (Kasus Banjir di Kec. Malaka Barat, Kab. Belu, NTT, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· ... dan rumah penduduk di Kec. Lasem, Jawa Tengah, terendam air akibat meluapnya sungai Babagan, Bajangan dan Kemuning --- air sungai juga merendam pemukiman penduduk (Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Lurah Kalibaru Seran Hambali menambahkan, akibat limpasan air pasang dan hujan deras, 40 unit bangunan rusak (Kasus Banjir di Cilincing, Jakarta Utara, Koran Tempo, Sabtu, 9 Pebruari 2008)

5.Merugikan secara ekonomi
· Selain menggenangi puluhan sumur (untuk minum warga), banjir juga merusak sekitar 200 hektar lahan pertanian (Kasus Banjir di Kec. Malaka Barat, Kab. Belu, NTT, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Seorang petambak berupaya menyelamatkan bandeng dan udang siap panen di tambak Desa Dasun Kec. Lasem, Kab. Rembang, Jawa Tengah, Kamis (7/2). Ratusan hektar tambak, sawah ... di Kec. Lasem terendam air akibat meluapnya sungai Babagan, Bajangan dan Kemuning (Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Banjir yang melanda Jakarta akhir pekan lalu berdampak pada penurunan tingkat okupasi hotel di Kota Bandung, Jawa Barat (Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Banjir juga menggenangi ... dan sawah di Desa Pamotan (Kasus banjir di Rembang, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· Harga beras kualitas medium, Kamis (7/2) ditingkat pengecer rata-rata 5.500 per kilogram naik Rp. 300,- dari pekan lalu (Rp.5.200,-). Kenaikan ini disebabkan hujan yang merata di kabupaten Kudus, Jawa Tengah hampir sepanjang hari dalam dua hari ini (Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).
· ...ratusan hektar tambak di kanan-kiri jalan Pantura Pati-Juwana turut terendam (Kasus Banjir di Pati, Jawa Tengah, Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).

6.Melahirkan pengungsi (masalah sosial baru)
Banjir yang melanda Dusun Pengging Wangi, sekitar 75 rumah terendam air dengan ketinggian 80-100 cm, kejadian itu membuat puluhan ibu dan anak balita mengungsi ke belakang Mesjid Pengging Wangi (Kasus Banjir di Pati, Jawa Tengah, Kompas Jumat 15 Pebruari 2008).

7.Menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat (kesehatan)
Untuk memenuhi kebutuhan air, warga mengkonsumsi air sungai yang juga sedang keruh akibat banjir kiriman dari Timur Tengah Selatan dan Timur Tengah Utara, akibatnya, warga terserang gatal-gatal setelah mandi di sungai, (Kasus Banjir di Kec. Malaka, Kab. Belu, NTT, Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008).

C.Pembahasan
Untuk memecahkan masalah banjir, tentu bukan perkara mudah, karena faktor yang menyebabkan banjir tersebut berkaitan erat dengan konsep perilaku manusia, pembangunan dan kesejahteraan. Telah diketahui bahwa alam dan seisinya, merupakan modal potensial untuk pembangunan dalam kerangka upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan alam beserta isinya secara benar dan bertanggung jawab akan sangat tergantung pada persepsi dan perilaku manusia selaku pelaksana dan penikmat pembangunan itu sendiri. Karenanya, masalah banjir merupakan indikasi bahwa ada suatu kesalahan dalam konsepsi pembangunan, atau secara khusus harus kita yakini ada yang keliru dengan perilaku kita dalam memanfaatkan sumber daya alam beserta lingkungannya.
Oleh karena itu, untuk komprehensifnya pembahasan tentang banjir ini, berikut alur fikir yang dikembangkan sebagaimana tergambar pada skema pikir berikut :

1. Bahwa hujan pada dasarnya merupakan proses alami sebagai sebuah siklus hidup dan kehidupan, air dipermukaan dan lingkungan menguap ke udara, mengembun, terjadi kondensasi dan terus berakhir dengan terjadinya hujan ke bumi. Proses itu berulang secara alami, sehingga dalam kondisi normal dan alamiah tidak akan terjadi apa yang disebut banjir;
2. Bahwa banjir yang terjadi merupakan indikasi terjadinya gangguan dan kerusakan lingkungan, dimana air hujan yang jatuh ke bumi tidak mampu diserap secara alami oleh tanah dan lingkungannya, baik sebagai sumber cadangan air tanah, hidrologi, kesuburan, atau diteruskan lebih lanjut ke danau, sungai, hingga laut dan samudera;
3. Bahwa Lingkungan hidup yang ada dipermukaan bumi (biosfer) dapat rusak/terganggu keberadaannya, rusaknya/gangguan lingkungan hidup dapat disebabkan oleh faktor alam ( bisa bersifat destruktif/merusak alam itu sendiri, seperti gempa bumi, dan ada juga yang bersifat memperbaiki/konstruktif) serta faktor buatan/manusia [(Manusia membutuhkan sumber daya alam untuk kelangsungan hidupnya. Namun cara memperoleh sumber daya alam secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan)] (Seto, 2001);
4. Bahwa menurut Parson dalam Soekamto (1996), mengemukakan bahwa perilaku manusia dalam kehidupan sosial kemasyarakatan ditentukan oleh paling kurang empat faktor, yaitu norma, motivasi, tujuan dan situasi dan kondisi;
5. Konsep pemanfaatan sumber daya alam dewasa ini diorientasikan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan, baik sebagai individu, komunitas masyarakat itu sendiri, kalangan dunia usaha/swasta maupun pemerintah dalam melaksanakan pembangunan mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya;
6. Mengapa banjir ? karena manusia dalam konsep individu dalam masyarakat, masyarakat dunia usaha maupun pemerintah yang melakukan pembangunan berperilaku negatif terhadap alam dan lingkungannya;
7. Perilaku tersebut dilandasi oleh norma, motivasi, tujuan, dan situasi serta kondisi yang mengeksploitasi alam dan lingkungan secara berlebihan, hanya berorientasi ekonomi semata sehingga menjadikan alam dan lingkungan hanya sebagai obyek eksploitasi, tanpa memikirkan kelangsungan, kelestarian, dan berorientasi masa depan;
8. Norma manusia, baik sebagai individu maupun komunitas, kalangan dunia usaha, maupun pemerintah memanfaatkan alam tidak bertanggung jawab, tidak dimilikinya etika positif terhadap alam, tidak dimilikinya sensitivitas terhadap alam dan kita tidak merasa memiliki alam itu sebagai bagian dari hidup kita, kita hanya memperlakukan alam sebagai obyek yang harus tunduk pada kemauan kita, contoh, pembukaan kawasan hutan dan pemanfaatan hasil hutan untuk kegiatan ekonomi tanpa upaya reklamasi atau penanaman kembali. Akibatnya hujan yang terjadi, khususnya di kawasan pegunungan tidak dapat diserap alam sehingga aliran air terus bergulir kearah hilir dan menggenangi areal bawah yang rendah, hal ini diperparah kebijakan pemerintah yang tidak berupaya melindungi kawasan hutan yang dimiliki untuk tujuan masa depan;
9. Motivasi masyarakat, kalangan dunia usaha dan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya alam hanya berorientasi ekonomi, sehingga, alam dipandang sebagai obyek yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk diri, komunitas, kelompok swasta dan bagi pemerintah bagaimana alam dapat dijadikan modal utama dalam melakukan pembangunan mengejar pertumbuhan dan peningkatan ekonomi;
10. Tujuan yang dikembangkan dalam pemanfaatan sumber daya alam adalah untuk kepentingan individu, kelompok dan elit semata, bersifat sesaat, dimasa kini, tanpa memikirkan kelangsungan dan berorientasi masa depan, tujuan utamanya adalah alam (saat ini) harus memberi manfaat bagi kesejahteraan individu, komunitas, kelompok dunia usaha dan pembangunan manusia itu sendiri;
11. Situasi dan kondisi juga mendukung perilaku sebagaimana tersebut diatas, diantaranya, areal lahan yang makin menyempit untuk kehidupan, perumahan, kegiatan ekonomi, perkebunan, pertanian dan sebagainya, selain itu kemajuan perkembangan teknologi, metode, alat dan peralatan, semakin mempercepat proses rusaknya lingkungan. Contoh kasus, sulitnya mendapatkan lahan di Jakarta, menyebabkan areal rawa yang berfungsi sebagai tata air alami lingkungan disulap menjadi areal pemukiman, perkantoran, pusat-pusat kegiatan ekonomi, dan sebagainya, sehingga pada saat datang hujan, jadilah banjir, karena air tidak dapat mengalami proses siklus alaminya, sebagai akibat pembangunan dimaksud. Kondisi ini diperparah kebijakan pemerintah yang terus mengeluarkan ijin-ijin pengurukan dan pembangunan pemukiman, perkantoran dan pusat-pusat kegiatan ekonomi tersebut dikawasan rawa yang merupakan kawasan tata air alami alam;
12. Rekomendasi untuk mengatasi permasalahan banjir dimaksud antara lain :
a. Perlu ditumbuhkan kesadaran, baik secara individu, komunitas, kelompok dunia usaha dan pemerintah sendiri untuk bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungannya;
b. Kesadaran yang terbentuk kemudian diejawantahkan melalui perilaku yang sensitif terhadap lingkungan, mengembangkan norma dan etika bersahabat dengan lingkungan, bertindak senantiasa menyeimbangkan antara pemanfaatan dan kelangsungan, masa kini dan masa depan, dan antara kepentingan sendiri dengan kepentingan lingkungan sendiri;
c. Bagi kalangan dunia usaha dalam mengembangkan kegiatan ekonominya selain mengejar profit harus memberi perhatian yang serius, berprilaku dan bertindak menjaga dan melestarikan kelangsungan hidup alam dimana kegiatan ekonomi itu dilaksanakan. Kalangan dunia usaha juga dituntut untuk peduli dan berinteraksi secara positif terhadap kondisi lingkungan dimana kegiatan ekonomi itu dilaksanakan;
d. Bagi pemerintah, perlu perubahan paradigma pembangunan, bahwa orientasi ekonomi, yang hanya mengejar pertumbuhan dan peningkatan ekonomi, yang salah satunya memanfaatkan alam sebagai sumber daya potensial pembangunan, harus diarahkan pada pembangunan sosial, khususnya pembangunan lingkungan yang berorientasi masa depan, konsekuensi dari itu, maka kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan harus mempertimbangkan faktor lingkungan sebagai aset yang harus diselamatkan dan dilestarikan untuk generasi yang akan datang;
e. Teknologi dan berbagai material ikutannya lainnya seharusnya digunakan untuk memperbaharui kondisi lingkungan yang terlanjur rusak oleh karena manusia. Karenanya kebersamaan seluruh komponen masyarakat mutlak dilakukan untuk berama-sama berperilaku dan bertindak menjaga dan melestarikan lingkungan;
f. Cara jangka pendek terhadap terjadinya banjir, adalah dengan dimilikinya kesamaan sikap, perilaku dan tindakan untuk menanam berbagai jenis tanaman di areal kawasan tempat tinggal, kawasan pemukiman, perkantoran, pusat-pusat kegiatan ekonomi lainnya, normalisasi saluran air, penciptaan daerah-daerah resapan, pembuatan daerah-daerah penyangga/penampung air limpasan, normalisasi sungai (jangan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah), sinkronisasi dan kesatuan pembangunan antara pemerintah pusat dengan daerah, antar daerah, dalam daerah itu sendiri, kebijakan pembangunan yang berorientasi lingkungan dan masa depan.
g. Intinya, banjir atau apapun bencana yang disebabkan oleh faktor manusia, maka dari manusia itu sendirilah jalan keluar itu ditemukan, dirubah, dan diaplikasikan ke arah perilaku yang positif dengan lingkungan, dimanapun dan kapanpun. Perilaku-perilaku yang positif kita yakini akan mampu memberi jalan keluar terhadap terjadinya banjir, dimanapun di Indonesia ini. Karena itu, kesadaran, perilaku, motivasi, dan tindakan serta partisipasi dari kita semua menjadi jalan keluar efektif untuk menyelamatkan dan melestarikan alam lingkungan dimana kita tinggal, hidup dan berkehidupan.


DAFTAR PUSTAKA

Seto Wardoyo, 2001. Lingkungan Hidup. Pilar Bambu Kuning. Jakarta.
Soekamto, Soejono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.
Kompas, Jumat 8 Pebruari 2008
Koran Tempo, Sabtu, 9 Pebruari 2008
Kompas Jumat 15 Pebruari 2008

Tidak ada komentar: